Bila sederet tingkah berdusta kulalui, kau tegur aku dengan bahasa kalbumu. Meski kadang terasa pahit, namun ketika hari telah berganti, kupaham akan arti teguranmu yang sebenarnya, yaitu tuk meluruskan jalanku, tuk membenarkan apa yang telah salah kulakukan.
Sebersi iri kadang muncul di radang fikir, tapi secercah kebersamaan kita mampu hanyutkan itu semua. Kadang kesalahpahaman, ego, dan cemburu membuat kita retak. Namun aku pecaya, kala kuingat kenangan kita bersama, itulah penutup retak tersebut.